Senin, 03 Desember 2018

BAB VIII Pengalaman


BAB VIII
PENGALAMAN
A.    Menirukan Dialog dalam Naskah Drama
1.      Contoh Naskah Drama Anak
Beberapa anak berada di atas panggung. Mereka mengelilingi penjual makanan. Mereka adalah Tono, Didit, dan Ari. Mereka membicarakan pengalamannya pergi ke desa. Tiba-tiba seorang anak datang. Anak itu adalah siswa baru di sekolah mereka, pindahan dari sekolah lain.
Tono : (Sambil tangannya mengambil jajanan) Eh, Temanteman, aku kemarin pergi ke desa. Aduh, ternyata desa itu tenang sekali suasananya.
Ari : (Menghampiri Tono dan Didit) Ya, memang benar kata Tono. Desa itu keadaannya tenang, tidak bising seperti di kota.
Tono : Aku pikir, desa itu tidak mengenakkan karena keadannya sepi; tidak ada penerangan, tidak ada hiburan,dan tidak ada supermarket, tapi ternyata ....
Didit : Ternyata sebaliknya, ‘kan? Apa kamu tidak pernah melihat berita televisi atau membaca koran, Ton?
Ari : Iya ... di koran ‘kan sering disebutkan listrik masuk desa, televisi masuk desa, dan masih banyak lagi tentang kemajuan desa.
 Di tengah-tengah percakapan itu, tiba-tiba datang seorang anak laki-laki sebaya dengan mereka.
Sigit : (Sambil membungkukkan badan) Selamat siang, Kak. Di mana ruang kepala sekolah?
Tono : (Berlagak sok) Cari saja sendiri!
Ari : (Agak jengkel) Hai ... Ton, jangan begitu! Dia tanya baik-baik, malah kamu jawab ketus.
Tono : Ah ... biar saja, memangnya aku pikirin?
Ari : (Sambil mengulurkan tangan kepada anak baru itu) Selamat siang, Dik. Kenalkan, saya Ari. Kamu siapa?
Sigit : (Sambil mengulurkan tangan juga) Saya Sigit. Saya datang dari desa. Saat ini desa saya hancur akibat gunung meletus. Saya tidak punya siapa-siapa. Saya mengungsi di daerah ini.
Tono : (Dengan wajah menyesal) Aku Didit. Keperluanmu ke sini untuk apa?
Sigit : Kalau boleh, aku akan belajar di sini sampai desaku pulih.
Didit : Kalau begitu, ayo kita menghadap kepala sekolah.
Tono : (Sambil menggandeng lengan Sigit) Ayo, kita ke ruang kepala sekolah!
Mereka berjalan bersama-sama ke ruang kepala sekolah.
2.      Memperagakan Drama
Bentuklah kelompok dalam kelasmu sesuai jumlah pemain dalam drama di atas! Tentukan temanmu yang akan memerankan tokoh Tono, Didit, Ari, dan Sigit! Selanjutnya, perankan tokoh-tokoh tersebut dan ucapkan dialog masing-masing! Lakukan dengan mimik (ekspresi) yang tepat!
3.      Menggunakan Kata Tanya
Coba perhatikan kembali naskah drama di atas. Pada naskah itu terdapat pertanyaan berikut.
a. Apa kamu tidak pernah melihat berita televisi atau membaca koran?
b. Siapa nama kamu?
 Kedua kalimat tersebut menggunakan kata tanya ”apa” dan ”siapa”.
a. Digunakan untuk menanyakan apakah kata tanya ”apa” dan ”siapa”?
b. Buatlah pertanyaan dengan kata tanya ”apa” dan ”siapa” berdasarkan cerita drama di atas tadi!
c. Jawab dan kerjakan di buku tugasmu!
B.     Menceritakan Pengalaman yang Didengar
1.      Menceritakan Pengalaman
Peristiwa ini terjadi pada bulan puasa. Siang itu aku baru pulang sekolah. Rasa haus dan kantuk menyerang. Setelah meletakkan tas dan membasuh kaki, aku tiduran di atas kursi panjang yang ada di depan televisi. Aku pun lalu tertidur pulas.
Di tengah tidurku, aku mendengar suara azan menggema. Aku pun terbangun dan segera lari ke dapur. Aku membuat sirup dan mengambil makanan yang ada di atas meja. Setelah itu, aku duduk kembali di depan televisi sambil menikmati makanan dan minuman.
Saat sedang enak-enaknya makan dan minum, ayah dan ibu pulang dari kantor. Beliau berdua heran melihat aku makan dan minum.
“Kamu tidak puasa, Don?” tanya Ayah.
“Puasa, Yah! Ini ‘kan baru buka. Kenapa Ayah dan Ibu baru pulang? Azan magrib ‘kan sudah dari tadi?” kataku, balik bertanya.
“Apa katamu? Azan magrib? Coba keluar sebentar!” kata Ayah.
Aku pun bergegas keluar. Aku terkejut bukan main. Ternyata hari masih sore! Jadi ... suara azan tadi? Ah ..., ternyata suara azan itu adalah suara di televisi. Ah..., bodohnya aku!
2.      Menanggapi Cerita Teman 
Setelah mendengar cerita temanmu tadi, berikan tanggapanmu dengan menanyakan hal-hal yang menarik! Selain itu, berikan komentar tentang hal berikut ini:
- Bagaimana sikap temanmu pada saat bercerita?
- Bagaimana keberanian temanmu bercerita di depan kelas?
- Apakah ceritanya berurutan atau tidak?
C.    Membaca Intensif
1.      Membaca intensif Teks       
Menolong Korban Bencana Alam
      Siang itu Santi baru tiba di rumah. Setelah ganti baju dan mencuci kaki, ia melepas lelah di depan televisi. Sambil melepas lelah, mata dan telinganya tak lepas dari berita yang ditayangkan di televisi.
      Dari berita televisi, ia dapat mengetahui bahwa di manamana terjadi banjir, gempa, dan tanah longsor. Dalam hati ia berkata, “Kasihan mereka yang rumahnya terendam banjir. Seandainya aku dapat menolong mereka, apa yang dapat kulakukan untuk meringankan penderitaan mereka?”
      Keesokan harinya, ia memberitahukan berita dari televisi itu kepada teman-temannya di kelas. Ia mengajak temantemannya untuk ikut membantu para korban.
      “Kasihan mereka. Aku membayangkan, bagaimana jika kejadian itu menimpa kita. Aku mempunyai rencana untuk memberi sedikit sumbangan kepada mereka,” kata Santi.
      “Ah ..., kamu mau cari perhatian saja, biar disayang Pak Guru. Begitu maksudmu, ‘kan?” seru Tono.
      “Hai ..., Ton! Jangan menuduh begitu! Maksud Santi bagus, aku setuju dengan pendapat Santi,” kata Dito.
      “Terserah kamu saja, aku tidak akan membantu. Lebih baik uangku kugunakan untuk jajan daripada membantu korban bencana banjir. Benar tidak, teman-teman?” tanya Tina dengan maksud menghasut teman-temannya.
      “Setuju ...!” sahut beberapa anak serempak.
       Santi tidak kehabisan akal. Ia mengajak teman-temannya yang sependapat dengannya, seperti Dito, Lina, dan Cici, untuk berunding. “Bagaimana kalau kita mengusulkan pendapat kita kepada Pak Guru?” tanya Santi.
      “Aku setuju, biar nanti Pak Guru yang mengajak temanteman lain untuk membantu korban banjir,” kata Lina.
      Mereka pun menuju kantor guru. Santi mengusulkan agar anak-anak di SD Cempaka Putih itu diajak untuk membantu korban bencana alam dengan cara menyumbangkan uang, pakaian bekas, atau yang lain. Bantuan akan disalurkan lewat PMI. Ia juga mengusulkan agar yang menyerahkan sumbangan ke PMI itu adalah Tono. Pak Guru setuju dan segera mengumumkan kepada anak-anak untuk mengumpulkan uang dan pakaian bekas.
      Mendengar hal itu, Tono marah. Ia jengkel kepada Santi karena mengusulkan kepada Pak Guru untuk menyumbang korban bencana banjir. Tono dan beberapa temannya tetap menolak untuk menyumbang.
      Uang dan barang telah terkumpul, kemudian Pak Guru memanggil Tono dan teman-temannya untuk menyerahkan sumbangan itu ke PMI. Tono kaget mendapat tugas dari Pak Guru itu. Ia sangat malu karena tidak mau ikut menyumbang. Ia malu kepada Santi dan teman-temannya karena telah menuduhnya mencari perhatian.
      Tono kemudian minta maaf kepada Santi. Ia akhirnya ikut mendukung Santi dengan cara mengajak temantemannya ikut menyumbang. Tono, Santi, Lina, dan Cici berangkat bersama-sama ke PMI untuk menyalurkan bantuan itu.
2.      Menjawab Pertanyaan
a. Bagaimana watak tokoh Santi?
b. Bagaimana watak tokoh Tono?
c. Watak siapakah yang perlu dicontoh? Mengapa?
d. Melalui apa bantuan untuk korban bencana alam disalurkan?
e. Siapa yang membawa dan menyerahkan bantuan?
D.    Menulis Puisi Berdasarkan Gambar
Borobudur
Borobudur tercinta
Berdiri tegak mempesona
Kebanggaan Indonesia
Dikagumi seluruh dunia
Borobudur tercinta
Sebuah mahakarya
Buatan nenek moyang kita
Yang tiada duanya
(Triyo Adi, 2007)
Setelah kalian membaca contoh puisi pada halaman 126, berikut ini ada gambar anak naik sepeda. Perhatikan baik-baik gambar tersebut, kemudian coba tulislah sebuah puisi yang isinya menceritakan gambar yang dimaksud! Untuk mempermudah, kamu dapat mengingat-ingat pengalamanmu belajar naik sepeda waktu kecil dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Profil Blog

Nama                           : Endah Dianingrum Tempat, Tanggal lahir : Batang, 23 Agustus 1999 Pekerjaan                ...