BAB V
PERMAINAN
A.
Mendengarkan Petunjuk Membuat Sesuatu
1. Cara Membuat Mainan
Salah satu alat untuk berkomunikasi adalah telepon. Apakah di
rumahmu sudah terpasang jaringan telepon dan tersedia pesawat telepon? Atau,
apakah kamu dan teman-temanmu sudah ada yang memiliki telepon genggam?
Kini, mari bersama-sama membuat telepon-teleponan. Hasilnya dapat
kamu gunakan untuk bermain bersama temanmu. Untuk itu, ikutilah
petunjuk-petunjuk di bawah ini.
a. Siapkan alat dan bahan yang terdiri atas dua buah kaleng susu
bekas, cat, dan sebagainya. Siapkan pula benang, lidi, paku, dan pisau atau
tang.
b. Bukalah salah satu permukaan kaleng dan rapikan.
c. Berilah lubang kecil permukaan kaleng yang masih utuh.
d. Ambillah benang sepanjang yang kamu inginkan dan lidi sepanjang kurang
lebih lima sentimeter. Ikatkan benang pada lidi secara berulang-ulang agar
kuat.
e. Masukkan lidi ke lubang pada kaleng dan keluarkan ujung benang
yang tidak terikat lidi lewat lubang sehingga tertarik keluar.
f. Masukkan ujung benang tadi ke kaleng yang lain, kemudian ikat
pula dengan lidi.
g. Ajaklah temanmu untuk berbicara. Caranya, suruhlah temanmu menarik
sepanjang benang telepon-teleponan tersebut. Tempelkan lubang telepon ke
mulutmu dan suruh temanmu untuk menempelkan lubang telepon satunya ke
telinganya. Bicaralah kepada temanmu tentang apa saja. Dapatkah temanmu mendengarkan
dengan jelas? Lakukan secara bergantian!
B.
Menjelaskan urutan Melakukan Permainan
1. Cara Melakukan Permainan
Bermain Ular-Ularan
Salah
satu permainan anak-anak di Jawa Tengah adalah ular-ularan. Permainan ini
sangat menyenangkan dan biasa dilakukan pada malam hari saat bulan purnama.
Cara bermain ular-ularan adalah sebagai berikut.
a.
Ajak teman-temanmu sebanyak enam anak.
b. Seorang anak menjadi penangkap ular dan lima anak menjadi ular.
Caranya dengan berbaris ke belakang dan tangan berada di pundak teman yang ada
di depannya.
c. Untuk menentukan anak yang menjadi penangkap ular, dilakukan hompipah;
yang kalah menjadi penangkap ular.
d. Penangkap ular harus dapat menangkap ekor ular (yakni anak yang
paling belakang).
e. Kepala ular harus dapat mempertahankan agar ekor ular tidak
tertangkap. Caranya adalah berkelok-kelok untuk menghindari penangkap ular.
f. Jika anak yang paling belakang (ekor ular) tertangkap, maka ia
akan menjadi penangkap ular. Begitu seterusnya.
C.
Membaca Dongeng
1. Membaca Dongeng dengan Intonasi yang Tepat
Batu Menangis
(Cerita
Rakyat Kalimantan)
Di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan, hiduplah
seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu cantik
jelita. Namun sayang, ia mempunyai perilaku yang buruk.
Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan
pekerjaan rumah. Selain pemalas, anak gadis itu juga manja sekali. Segala
permintaannya harus dikabulkan tanpa mempedulikan keadaan ibunya yang miskin,
yang setiap hari harus membanting tulang untuk mencari makan.
Pada suatu hari, anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk
berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh sehingga mereka harus berjalan kaki.
Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian bagus dan bersolek agar
orang di jalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara
itu, ibunya berjalan di belakang sambil membawa keranjang dengan pakaian yang
sangat dekil. Orang-orang di sepanjang jalan yang dilewati tidak mengetahui
bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi
mereka. Orang-orang desa begitu terpesona melihat kecantikan gadis itu,
terutama para pemuda desa.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan
bertanya kepada gadis itu. “Hai, Gadis Cantik. Apakah yang berjalan di
belakangmu itu ibumu?”
“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku.”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa
jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
“Hai, Manis. Apakah yang
berjalan di belakangmu itu ibumu?”
“Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. “Ia
adalah budakku!”
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang di sepanjang
jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya seperti itu. Ibunya ia
katakan sebagai pembantu atau budaknya.
Mulanya, mendengar jawaban putrinya yang durhaka, si ibu masih
dapat menahan diri. Namun, setelah berulang kali didengarnya jawaban yang sama,
akhirnya si ibu yang malang itu tidak dapat menahan diri. Si ibu itu pun
berdoa.
“Ya Tuhan, hamba tidak kuat
menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu tega memperlakukan diri hamba sedemikian
rupa. Ya Tuhan, hukumlah anak durhaka ini. Hukumlah dia ...!”
Atas kekuasaan Tuhan, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu
berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu
telah mencapai setengah badan, anak itu menangis dan memohon ampun kepada
ibunya.
“Oh, ibu ... ibu ...
Ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Anak gadis itu terus
meratap dan menangis memohon ampun kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya
terlambat.
Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun
menjadi batu, orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air
mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis
yang mendapat kutukan ibunya itu disebut dengan “Batu Menangis”.
Demikianlah cerita yang berbentuk legenda ini. Masyarakat setempat
sangat mempercayai bahwa cerita itu benarbenar pernah terjadi. Barang siap mendurhakai
ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti akan mendapat
hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa.
D.
Menyusun Paragraf
1. Menyusun Kalimat Menjadi Paragraf Sederhana
Contoh
:
a.
Mereka asyik bermain tebak-tebakan.
b.
Tika dan Mila duduk di teras sekolah.
c.
Bel istirahat di sekolah berbunyi.
d.
Secara bergantian mereka menyebutkan kalimat untuk ditebak.
Contoh
Jika
disusun menjadi paragraf, kalimat-kalimat di depan tersebut akan menjadi
sebagai berikut.
Bel
istirahat di sekolah berbunyi. Tika dan Mila duduk-duduk di teras sekolah.
Mereka asyik bermain tebak-tebakan. Secara bergantian mereka menyebutkan
kalimat untuk ditebak.
2.
Membuat
Paragraf Berdasarkan Gambar
Contoh :
a. Anak-anak bertamu ke rumah Nina.
b. Mereka datang bersama-sama.
c. Mereka akan merayakan acara ulang tahun Nina.
Kalimat-kalimat
di atas dapat disusun menjadi paragraf sebagai berikut:
Anak-anak
bertamu ke rumah Nina. Mereka datang bersama-sama. Mereka akan merayakan acara
ulang tahun Nina.
3.
Menggunakan
Kata Depan “ke” dan “dari”
Kata
depan ”ke” menunjukkan keterangan. Adapun kata depan ”dari” menunjukkan asal.
Penulisan kedua kata tersebut dipisah dengan kata yang mengikutinya.
Contoh :
a. Ani pergi ke
sekolah.
b.
Ayah pulang dari kantor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar