Senin, 03 Desember 2018

BAB V Permainan


BAB V
PERMAINAN
A.    Mendengarkan Petunjuk Membuat Sesuatu
1.      Cara Membuat Mainan
Salah satu alat untuk berkomunikasi adalah telepon. Apakah di rumahmu sudah terpasang jaringan telepon dan tersedia pesawat telepon? Atau, apakah kamu dan teman-temanmu sudah ada yang memiliki telepon genggam?
Kini, mari bersama-sama membuat telepon-teleponan. Hasilnya dapat kamu gunakan untuk bermain bersama temanmu. Untuk itu, ikutilah petunjuk-petunjuk di bawah ini.
a. Siapkan alat dan bahan yang terdiri atas dua buah kaleng susu bekas, cat, dan sebagainya. Siapkan pula benang, lidi, paku, dan pisau atau tang.
b. Bukalah salah satu permukaan kaleng dan rapikan.
c. Berilah lubang kecil permukaan kaleng yang masih utuh.
d. Ambillah benang sepanjang yang kamu inginkan dan lidi sepanjang kurang lebih lima sentimeter. Ikatkan benang pada lidi secara berulang-ulang agar kuat.
e. Masukkan lidi ke lubang pada kaleng dan keluarkan ujung benang yang tidak terikat lidi lewat lubang sehingga tertarik keluar.
f. Masukkan ujung benang tadi ke kaleng yang lain, kemudian ikat pula dengan lidi.
g. Ajaklah temanmu untuk berbicara. Caranya, suruhlah temanmu menarik sepanjang benang telepon-teleponan tersebut. Tempelkan lubang telepon ke mulutmu dan suruh temanmu untuk menempelkan lubang telepon satunya ke telinganya. Bicaralah kepada temanmu tentang apa saja. Dapatkah temanmu mendengarkan dengan jelas? Lakukan secara bergantian!
B.     Menjelaskan urutan Melakukan Permainan
1.      Cara Melakukan Permainan
Bermain Ular-Ularan
Salah satu permainan anak-anak di Jawa Tengah adalah ular-ularan. Permainan ini sangat menyenangkan dan biasa dilakukan pada malam hari saat bulan purnama. Cara bermain ular-ularan adalah sebagai berikut.
a. Ajak teman-temanmu sebanyak enam anak.
b. Seorang anak menjadi penangkap ular dan lima anak menjadi ular. Caranya dengan berbaris ke belakang dan tangan berada di pundak teman yang ada di depannya.
c. Untuk menentukan anak yang menjadi penangkap ular, dilakukan hompipah; yang kalah menjadi penangkap ular.
d. Penangkap ular harus dapat menangkap ekor ular (yakni anak yang paling belakang).
e. Kepala ular harus dapat mempertahankan agar ekor ular tidak tertangkap. Caranya adalah berkelok-kelok untuk menghindari penangkap ular.
f. Jika anak yang paling belakang (ekor ular) tertangkap, maka ia akan menjadi penangkap ular. Begitu seterusnya.
C.    Membaca Dongeng
1.      Membaca Dongeng dengan Intonasi yang Tepat
Batu Menangis
(Cerita Rakyat Kalimantan)
Di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan, hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai perilaku yang buruk.
Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah. Selain pemalas, anak gadis itu juga manja sekali. Segala permintaannya harus dikabulkan tanpa mempedulikan keadaan ibunya yang miskin, yang setiap hari harus membanting tulang untuk mencari makan.
Pada suatu hari, anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh sehingga mereka harus berjalan kaki. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian bagus dan bersolek agar orang di jalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara itu, ibunya berjalan di belakang sambil membawa keranjang dengan pakaian yang sangat dekil. Orang-orang di sepanjang jalan yang dilewati tidak mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Orang-orang desa begitu terpesona melihat kecantikan gadis itu, terutama para pemuda desa.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu. “Hai, Gadis Cantik. Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?”
“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku.”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
 “Hai, Manis. Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?”
“Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. “Ia adalah budakku!”
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang di sepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya seperti itu. Ibunya ia katakan sebagai pembantu atau budaknya.
Mulanya, mendengar jawaban putrinya yang durhaka, si ibu masih dapat menahan diri. Namun, setelah berulang kali didengarnya jawaban yang sama, akhirnya si ibu yang malang itu tidak dapat menahan diri. Si ibu itu pun berdoa.
 “Ya Tuhan, hamba tidak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu tega memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya Tuhan, hukumlah anak durhaka ini. Hukumlah dia ...!”
Atas kekuasaan Tuhan, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak itu menangis dan memohon ampun kepada ibunya.
 “Oh, ibu ... ibu ... Ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon ampun kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya terlambat.
Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut dengan “Batu Menangis”.
Demikianlah cerita yang berbentuk legenda ini. Masyarakat setempat sangat mempercayai bahwa cerita itu benarbenar pernah terjadi. Barang siap mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa.

D.    Menyusun Paragraf
1.      Menyusun Kalimat Menjadi Paragraf Sederhana
Contoh :
  a. Mereka asyik bermain tebak-tebakan.
b. Tika dan Mila duduk di teras sekolah.
c. Bel istirahat di sekolah berbunyi.
d. Secara bergantian mereka menyebutkan kalimat untuk ditebak.
Contoh
Jika disusun menjadi paragraf, kalimat-kalimat di depan tersebut akan menjadi sebagai berikut.
Bel istirahat di sekolah berbunyi. Tika dan Mila duduk-duduk di teras sekolah. Mereka asyik bermain tebak-tebakan. Secara bergantian mereka menyebutkan kalimat untuk ditebak.
2.      Membuat Paragraf Berdasarkan Gambar
Contoh :
a. Anak-anak bertamu ke rumah Nina.
b. Mereka datang bersama-sama.
c. Mereka akan merayakan acara ulang tahun Nina.
Kalimat-kalimat di atas dapat disusun menjadi paragraf sebagai berikut:
Anak-anak bertamu ke rumah Nina. Mereka datang bersama-sama. Mereka akan merayakan acara ulang tahun Nina.
3.      Menggunakan Kata Depan “ke” dan “dari”
Kata depan ”ke” menunjukkan keterangan. Adapun kata depan ”dari” menunjukkan asal. Penulisan kedua kata tersebut dipisah dengan kata yang mengikutinya.
Contoh :
a. Ani pergi ke sekolah.
b. Ayah pulang dari kantor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Profil Blog

Nama                           : Endah Dianingrum Tempat, Tanggal lahir : Batang, 23 Agustus 1999 Pekerjaan                ...